Artikel
Profil Potensi Desa
POTENSI DESA CILAPAR
a. Potensi Sumber Daya Alam
1. Persawahan
Areal persawahan yang luasnya mencapai 150 hektare merupakan sumber pangan utama yang saat ini mampu menopang kebutuhan pokok beras di wilayah Kaligondang pada khususnya dan Purbalingga pada umumnya. Produk beras yang dihasilkanpun memiliki cita rasa tersendiri bagi para konsumennya. Sehingga produk beras Cilapar memiliki pasar tersendiri sehingga memudahkan dari segi proses penjualannya.
Selain produk beras biasa, pada saat ini terdapat areal 5 hektare yang menjadi sentra produk beras sehat. Adapun produk ini diprakarsai oleh Kelompok Tani Toto Raharjo dengan brand produk “Wos Sing Sae” yang pemasarannya untuk kalangan tertentu. Langkah ini sebagai awal menuju produksi padi organik yang mempunyai standar mutu tertinggi dari semua produk beras dipasaran.
Areal sawah yang luas juga menjadi sumber protein hewani yang cukup, yaitu berasal dari produk olahan belut. Belut sawah mengandung protein yang tinggi, dan merupakan olahan musiman yang sangat digemari di kalangan masyarakat. Belut ini hanya bisa ditangkap pada musim pengolahan sawah.
2. Perkebunan
Memang jumlah areal perkebunan di Desa Cilapar tidak luas, namun karakteristik tanahnya sangat subur untuk budidaya beberapa tanaman terutama buah. Disebagian besar wilayah Dusun 1 yang merupakan daerah tertinggi di Desa Cilapar, merupakan sentra produksi pisang dan buah duku. Program seribu batang pohon duku yang dicanangkan pemerintah 10 tahun yang lalu, saat ini sudah mulai produksi. Namun demikian, dikarenakan cuaca yang tidak menentu, produksi duku belum sepenuhnya maksimal. Walaupun tidak tenar seperti duku Kalikajar, namun produksi secara umum mampu bersaing dan memenuhi permintaan pasar.
Pisang, merupakan jenis tanaman paling banyak ditanam. Berlebihnya stok pisang ini membuat para warga memiliki inovasi untuk membuat produk olahan pisang. Ini bisa dilihat dari banyaknya pengrajin keripik pisang yang ada di Desa Cilapar. Ada yang dipasarkan sendiri, ada pula yang memenuhi permintaan pedagang besar.
Sedangkan untuk wilayah yang lebih rendah seperti Dusun 2 dan Dusun 3, jenis tanaman perkebunan andalannya adalah buah manga. Hampir disetiap pekarangan rumah penduduk menanam pohon ini, karena cocoknya kontur dan kondisi air dalam tanah.
Selain itu, disebagian wilayah Dusun Karangsengon atau Dusun 3 menjadi sentra sayur mayor. Salah satu jenis sayur yang selalu ditanam adalah kangkung darat/ kangkung cabut. Adapun beberapa jenis lainnya juga ditanam, namun kangkunglah yang menjadi primadona.
3. Perairan
Wilayah Desa Cilapar ini dikelilingi oleh sungai-sungai kecil maupun sungai besar. Sungai-sungai kecil ini diantaranya Sungai Lebak, Sungai Ranu, dan Sungai Pandelegan. Sedangkan sungai besarnya adalah Sungai Pekacangan, yang merupakan batas alam antara Desa Cilapar Kecamatan Kaligondang dengan Desa Bukateja Kecamatan Bukateja. Selain sebagai sumber mata air yang digunakan untuk pertanian, sungai juga sebagai sumber protein hewani. Sungai-sungai ini masih menyimpan banyak sekali jenis ikan yang biasa dikonsumsi masyarakat sekitar. Berbagai jenis ikan air tawar dari mulai sidat, pelus, palung, lunjar, mujair, lele, sampai dengan bulus. Berbagai carapun dilakukan untuk menangkap ikan-ikan ini, dari mulai pancing, wuwu, jaring, jala, dan yang paling banyak adalah sirib.
Selain itu, sungai Pekacangan merupakan kaya akan bahan tambang golongan C, yaitu pasir arug, pasing pasang, batu blonos, dan sirtu. Penambangan di wilayah Desa Cilapar masing menggunakan cara tradisional. Hal ini masih dipertahankan guna keberlangsungan bahan galian C itu sendiri. Jika menggunakan alat berat dan mesin sedot pasir, mekanisme pengumpulannya sangat cepat, dan berarti cepat habis pula bahan tambang galian C itu sendiri.
Selain menambah kegiatan ekonomi masyarakat setempat selaku penambang, penambangan galian C ini menimbulkan dampat positif juga pada lingkungan setempat, dengan adanya pungutan lingkungan, kegiatan dilingkungan tidak lagi menggunakan swadaya masyarakat. Namun menggunakan hasil daripada pengumpulan pungutan “tol” kendaraan pengangkut galian C.
4. Sarana Mobilitas
Jalur lintas antar desa yang merupakan Jalan Kabupaten di Desa Cilapar dalam rencananya akan dijadikan jalur alternatif menuju Bandara Jenderal Besar Soedirman Wirasaba. Hal ini tentunya akan menambah nilai ekonomi wilayah sekitarnya. Konektivitas desa satu dengan yang lainnya menjadikan jalur ekonomi di Desa Cilapar menjadi pilihan alternatif untuk penanaman modal. Hal ini dapat dilihat dari beralih fungsinya lahan disekitar jalur antar desa, yang semula dibiarkan tidak produktif sekarang berubah menjadi bangunan permanen untuk kegiatan produksi maupun niaga.
5. Seni Budaya
Sebagai desa yang masih memegang adat istiadat Jawa, tentunya Desa Cilapar juga mempunyai beberapa grup kesenian yang mengemban misi melestarikan kebudayaan. Diantaranya adalah kesenian calung, kesenian ini lebih kepada Calung Banyumasan.
Selain itu masih ada beberapa kegiatan lain yang mengandung unsur seni yang dikolaborasikan dengan keagamaan diantaranya kesenian hadroh, genjring, dan rebana. Bahkan disetiap wilayah dusun mempunyai grup sendiri-sendiri. Tentunya selain seni, grup kesenian ini sebagai media dakwah.
Adapun beberapa kegiatan lain yang masih mempertahankan adat istiadat dan kearifan lokal diantaranya : mimiti (proses ritual doa menjelang panen padi), ngapati (proses ritual doa kandungan empat bulan), mitoni (tujuh bulanan), nyadran (ungkapan syukur dan penyambutan bulan suci Ramadhan), ruwat bumi (prosesi adat dan ucapan syukur kepada Tuhan atas hasil bumi).
b. Potensi Sumber Daya Manusia
1. Jumlah Penduduk
Dari jumlah penduduk Desa Cilapar saat ini yang menyentuh 2.014 jiwa, merupakan sumber daya manusia yang nyata. Dari jumlah tersebut terdiri dari 689 Kepala Keluarga yang penyebarannya hampir merata. Hal ini sangat berpengaruh terhadap tingkat kemajuan suatu wilayah. Apabila penyebaran penduduknya merata, maka akan lebih mudah juga dalam pemerataan informasi dan pembangunan.
2. Tingkat Pendidikan
Dari jumlah penduduk yang ada, dapat dibagi dalam tingkatan pendidikan yang ada saat ini yaitu :
-
- 1) Belum sekolah : 103 orang
- 2) Tidak tamat SD : 177 orang
- 3) Tamat SD : 344 orang
- 4) Tamat SMP : 204 orang
- 5) Tamat SMA : 327 orang
- 6) Tamat Diploma : 22 orang
- 7) Tamat Sarjana : 20 orang
Hal ini tentunya berpengaruh juga dalam kemajuan pembangunan di desa, semakin banyak orang pintar dan peduli, makan semakin pesat pula pembangunan yang ada di desa, ini dikarenakan semakin tinggi pendidikan seseorang, maka cara berpikirnya akan lebih rasional. Adaptasi yang cepat akan peralihan teknologi terutama dibidang informasi digital akan mempermudah proses pembanguan di suatu wilayah.
3. Tingkat Mobilitas
Sebagian besar penduduk Desa Cilapar pada zaman dahulu adalah perantau. Hal ini dikarenakan pada tahun 1980-an terjadi serangan hama wereng yang meluluh-lantahkan tanaman padi. Sehingga penduduk yang berprofesi sebagai petani menjadi eksodus, beralih menjadi pekerja migran. Bahkan demi menutup utang, banyak dari mereka menjadi Tenaga Kerja Indonesi Ilegal, yang masuk ke negara Malaysia (umumnya) secara gelap (tanpa dokumen resmi).
Adapula yang bekerja di Pulau Sumatera, Tanjung Pinang, dan Batam. Sebagian lagi mencari peruntungan di DKI Jakarta dan sekitarnya.
Hal ini menimbulkan efek yang luar biasa, kebanyakan mereka yang sudah lelah dan rindu ingin pulang kampung mempunyai segudang pengalaman serta keterampilan. Saat ini para eks pekerja migran dan perantau ini sudah kembali menetap di Desa Cilapar, tentunya masing-masing mempunyai keahlian sendiri-sendiri.
Semakin kompleks pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan masyarakat akan berpengaruh terhadap kemajuan suatu wilayah, hal inilah yang kami manfaatkan saat ini. Pengalaman dan keterampilan mereka kami aplikasikan guna mendukung program pembangunan desa yang sudah direncanakan.
4. Tingkat Ekonomi
Sebagian besar penduduk Desa Cilapar adalah petani. Tentunya ekonomi tergantung pada jumlah dan kualitas produksi pertanian yang mampu dihasilkan. Semiskin-miskinya penduduk Desa Cilapar tidak mungkin akan kekurangan pangan. Kerukunan adalah kunci pengentasan kemiskinan yang ada di desa kami.
Ekonomi masyarakat kebanyakan menengah kebawah, namun tidak berarti juga tidak ada kelompok masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi yang kuat. Pengelompokan ekonomi masyarakat didasarkan pada daya beli dan kepemilikan aset. Aset yang biasa dijadikan standar adalah kepemilikan lahan pertanian. Hal inilah yang menjadi ajang saling tolong menolong, dimana yang kuat akan menolong yang lemah, dan berlaku juga sebaliknya.
Yang memiliki lahan luas, akan membutuhkan pertolongan tenaga mereka yang tidak mempunyai lahan pertanian (mempunyai lahan tetapi sedikit). Imbasnya ketergantungan ini mampu menjaga keberlangsungan masing-masing individu.
Sistem ekonomi gotong-royong inilah yang mempengaruhi tingkatan ekonomi di wilayah desa kami, sehingga berpengaruh pula terhadap kemajuan pembangunan.